![Hasil gambar untuk infus](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXfZrTqJe-bvt97yHKz-yJiStS5jpuvWhXWs2yRvXGFCm8J3Rvb9qwYw_qhu3yZ6rmgfpF4-qkkOERMoL_cSKX0iDKtIaz_21UoXmnpDPjuGS0uojTVFmToRqrNpvyEUGUJBlqTHbeA1M/s320/Infus.png)
Prosedur
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
Cairan
dan elektrolit sangat berhuna dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia.
Kebutuhan cairan dan elektrolit bagi manusia berbeda – beda sesuai dengan
tingkat usia seseorang, seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan yang berbeda
dengan usia dewasa. Bayi mempunyai tingkat metabolisme air lebih tinggi
mengingat permukaan tubuh yang relatif luas dan persentase air tubuh lebih
tinggi dibadingkan dengan orang dewasa. Kebutuhan cairan sangat diperlukan
tubuh dalam mengangkut zat makanan ke dalam sel, sisa metabolisme, sebagai
pelarut elektrolit dan non elektrolit, memelihara suhu tubuh, mempermudah
eliminasi, dan membantu pencernaan. Di samping kebutuhan cairan, elektrolitt
(natrium, kalium, kalsium, klorida, dan fosfat) sangat penting untuk menjaga
keseimbangan asam – basa, konduksi saraf, kontraksi muskular dan osmolalitas. Kondisi tidak terpenuhinya
kebutuhan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi sistem organ tubuh terutama
ginjal. Untuk mempertahankan kondisi cairan dan elektrolit dalam keadaan
seimbang maka pemasukan harus cukup sesuai dengan kebutuhan. Prosedur pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit dalam pelayanan keperawatan dapat dilkaukuan
melalui pemberian cairan peroral atau intravena.
Faktor – faktor yang mempengaruhi
keseimbangan cairan dan elektrolit
1. Usia
2. Temperatur
lingkungan
3. Kondisi
stres
4. Keadaan
sakit
5. Diet
Tabel Persentase cairan dalam tubuh
berdasarkan usia
No
|
Umur
|
Cairan
%
|
1
|
Bayi baru lahir cukup bulan
|
70 – 80
|
2
|
1 tahun
|
64
|
3
|
Dewasa sampai 39 tahun
|
52 – 60
|
4
|
40 – 60 tahun
|
47 - 55
|
5
|
>60 tahun
|
46 - 52
|
Pemberian cairan melalu infus
Definisi
Tindakan
keperawatan ini dilakukan pada klien yang memerlukan masukan cairan melalu
intravena (infus). Pemberian cairan infusa dapat diberikan pada pasien yang
mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini membutuhkan
kesterilan mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh darah. Pemberian
cairan melalui infus dengan memasukkan ke dalam vena (pembuluh darah pasien) di
antaranya vena lengan (vena sevalika, basilika dan mediana kubiti), pada
tungkai (vena safena), atau vena yang ada dikepala, seperti vena temporalis
frontalis (khusus untuk anak – anak). Selain pemberian infus pada pasien yang
mengalami pengeluaran cairan, juga dapat dilakukan pada pasien syok,
intiksikasi berat, pra- dan pascabedah, sebelum trnasfusi darah, atau pasien
yang membutuhkan pengobatan tertentu.
Tujuan
1. Memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit
Indikasi
Istilah
pemasangan infus lebih tepat jika menggunakan istilah Kanulasi intravena
perifer atau kateterisasi intravena perifer atau dengan istilah venipuncture.
Hal ini disebabkan ada beberapa kegunaan lain dari sekedar memasukan cairan
infus, yaitu termasuk:
1. Pemberian obat intravena.
2. Hidrasi intravena.
3. Transfusi darah atau komponen darah.
4. Situasi lain
di mana akses langsung ke aliran darah diperlukan.
Kontra indikasi
- Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.
- Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).
- Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).
Alat dan bahan
1. Standar
infus set
2. Set
infus
3. Cairan
sesuai program medik
4. Jarum
infus dengan ukuran yang sesuai
5. Pengalas
6. Torniket
7. Kapas
Alkohol
8. Plester
9. Gunting
10. Kasa
steril
11. Betadin
12. Sarung
tangan
Prosedur kerja
1. Komunikasi
dan jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci
tangan
3. Hubungkan
cairan dan infus set dengan menusukkan ke bagian karet atau akses slang kedalam
botol
4. Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan
ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka klem slang hingga cairan memenuhi
slang dan udara slang keluar.
5. Letakkan
pengawas di bawah tempat (vena) yang akan dilakukan infus
6. Atur
posisi pasien
7. Lakukan
pembendungan dengan torniket (karet pembendung) 10 – 12cm di atas tempat
penusukan dan dianjurkan pasien untuk menggengam dengan gerakan sirkular (bila
sadar).
8. Gunakan
sarung tangan
9. Desinfeksi
daerah yang akan ditusuk dengan kapas alkohol
10. Lakukan
penusukan pada vena dengan meletakan ibu jari di bagian bawah vena dan dan
posisi jarum (abocath) mengarah ke atas.
11. Perhatikan
keluarnya darah melalu jarum (abocath/surflo). Apabila saat penusukan terjadi
pengeluaran darah melalui jarum (abocath/surflo) maka tarik keluar bagian dalam
(jarum) sambil meneruskan tusukan ke dalam vena).
12. Setelah
jarum infus bagian dalam dilepaskan/keluarkan, tahan bagian atas vena dengan
menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudia bagian infus
dihubungkan/disambungkan dengan slang infus.
13. Buka
pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan.
14. Lakukan
fiksasi dengan steril
15. Tuliskan
tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum.
16. Lepaskan
sarung tangan dan cuci tangan.
17. Catat
jenis cairan, letak infus, kecepatan aliran, dan tipe jarum infus.
Contoh Gambar
Cara desinfeksi sebelum memasang infus (sumber:
kathleen Hoert Belland and Marry Ann Wells, 1986).
Posisi pemasangan infus (sumber: kathleen Hoert
Belland and Marry Ann Wells, 1986)
Cara Fiksasi pemasangan infus (sumber: kathleen
Hoert Belland and Marry Ann Wells, 1986)
Contoh Dokumentasi
Waktu
|
Implementasi atau tindakan
keperawatan
|
6
Oktober 2016
Jam
10.00.wib
|
Memasang
Infuse (tipe cairan)
|
Tempat insersi
(melalui intra vena)
|
|
Kecepatan
aliran (tetesan/menit)
|
|
Respon klien
setelah dilakukan tindakan pemasangan infus
|
Sumber : (Poter, Perry . 2005. Hal 1647 – 1655)
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimul A
& Uliyah Musrifathul. 2004. Kebutuhan
Dasar Manusia Buku Saku Praktikum. EGC : Jakarta. Hal: 73 - 75
Mubarak,
Wahit Iqbal & Nurul Cahayatin. 2007 . Kebutuhan
Dasar Manusia Teori & Aplikasi dalam Praktik. EGC : Jakarta. Hal 72 -
76
Poter, Perry. 2005. Buku ajar
fundamental keperawatan. Edisi 4 vol 2.
EGC : Jakarta. Hal 1647-1655
Tidak ada komentar:
Posting Komentar