Minggu, 13 November 2016

Prosedur Pemenuhan Kebutuhan Cairan Elektrolit (Lewat Infus)



 Hasil gambar untuk infus

Prosedur pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolit sangat berhuna dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia. Kebutuhan cairan dan elektrolit bagi manusia berbeda – beda sesuai dengan tingkat usia seseorang, seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan yang berbeda dengan usia dewasa. Bayi mempunyai tingkat metabolisme air lebih tinggi mengingat permukaan tubuh yang relatif luas dan persentase air tubuh lebih tinggi dibadingkan dengan orang dewasa. Kebutuhan cairan sangat diperlukan tubuh dalam mengangkut zat makanan ke dalam sel, sisa metabolisme, sebagai pelarut elektrolit dan non elektrolit, memelihara suhu tubuh, mempermudah eliminasi, dan membantu pencernaan. Di samping kebutuhan cairan, elektrolitt (natrium, kalium, kalsium, klorida, dan fosfat) sangat penting untuk menjaga keseimbangan asam – basa, konduksi saraf, kontraksi muskular dan osmolalitas.                 Kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi sistem organ tubuh terutama ginjal. Untuk mempertahankan kondisi cairan dan elektrolit dalam keadaan seimbang maka pemasukan harus cukup sesuai dengan kebutuhan. Prosedur pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam pelayanan keperawatan dapat dilkaukuan melalui pemberian cairan peroral atau intravena. 

Faktor – faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
1.      Usia
2.      Temperatur lingkungan
3.      Kondisi stres
4.      Keadaan sakit
5.      Diet 

Tabel Persentase cairan dalam tubuh berdasarkan usia
No
Umur
Cairan %
1
Bayi baru lahir cukup bulan
70 – 80
2
1 tahun
64
3
Dewasa sampai 39 tahun
52 – 60
4
40 – 60 tahun
47 - 55
5
>60 tahun
46 - 52

Pemberian cairan melalu infus                 
Definisi
Tindakan keperawatan ini dilakukan pada klien yang memerlukan masukan cairan melalu intravena (infus). Pemberian cairan infusa dapat diberikan pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini membutuhkan kesterilan mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh darah. Pemberian cairan melalui infus dengan memasukkan ke dalam vena (pembuluh darah pasien) di antaranya vena lengan (vena sevalika, basilika dan mediana kubiti), pada tungkai (vena safena), atau vena yang ada dikepala, seperti vena temporalis frontalis (khusus untuk anak – anak). Selain pemberian infus pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat dilakukan pada pasien syok, intiksikasi berat, pra- dan pascabedah, sebelum trnasfusi darah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.

Tujuan
1.      Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit


Indikasi
Istilah pemasangan infus lebih tepat jika menggunakan istilah Kanulasi intravena perifer atau kateterisasi intravena perifer atau dengan istilah venipuncture. Hal ini disebabkan ada beberapa kegunaan lain dari sekedar memasukan cairan infus, yaitu termasuk:
1.      Pemberian obat intravena.
2.      Hidrasi intravena.
3.      Transfusi darah atau komponen darah.
4.      Situasi lain di mana akses langsung ke aliran darah diperlukan.
Kontra indikasi
  1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.
  2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).
  3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).

Alat dan bahan
1.      Standar infus set
2.      Set infus
3.      Cairan sesuai program medik
4.      Jarum infus dengan ukuran yang sesuai
5.      Pengalas
6.      Torniket
7.      Kapas Alkohol
8.      Plester
9.      Gunting
10.  Kasa steril
11.  Betadin
12.  Sarung tangan











Prosedur kerja
1.      Komunikasi dan jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2.      Cuci tangan
3.      Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukkan ke bagian karet atau akses slang kedalam botol
4.       Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka klem slang hingga cairan memenuhi slang dan udara slang keluar.
5.      Letakkan pengawas di bawah tempat (vena) yang akan dilakukan infus
6.      Atur posisi pasien
7.      Lakukan pembendungan dengan torniket (karet pembendung) 10 – 12cm di atas tempat penusukan dan dianjurkan pasien untuk menggengam dengan gerakan sirkular (bila sadar).
8.      Gunakan sarung tangan
9.      Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alkohol
10.  Lakukan penusukan pada vena dengan meletakan ibu jari di bagian bawah vena dan dan posisi jarum (abocath) mengarah ke atas.
11.  Perhatikan keluarnya darah melalu jarum (abocath/surflo). Apabila saat penusukan terjadi pengeluaran darah melalui jarum (abocath/surflo) maka tarik keluar bagian dalam (jarum) sambil meneruskan tusukan ke dalam vena).
12.  Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan/keluarkan, tahan bagian atas vena dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudia bagian infus dihubungkan/disambungkan dengan slang infus.
13.  Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan.
14.  Lakukan fiksasi dengan steril
15.  Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum.
16.  Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
17.  Catat jenis cairan, letak infus, kecepatan aliran, dan tipe jarum infus.



Contoh Gambar

Cara desinfeksi sebelum memasang infus (sumber: kathleen Hoert Belland and Marry Ann Wells, 1986).
Posisi pemasangan infus (sumber: kathleen Hoert Belland and Marry Ann Wells, 1986)
Cara Fiksasi pemasangan infus (sumber: kathleen Hoert Belland and Marry Ann Wells, 1986)

Contoh Dokumentasi                          
Waktu
Implementasi atau tindakan keperawatan
6 Oktober 2016
Jam 10.00.wib
Memasang Infuse (tipe cairan)
Tempat insersi (melalui intra vena)
Kecepatan aliran (tetesan/menit)
Respon klien setelah dilakukan tindakan pemasangan infus
Sumber : (Poter, Perry . 2005. Hal 1647 – 1655)




DAFTAR PUSTAKA                      
Hidayat, Aziz Alimul A & Uliyah Musrifathul. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia Buku Saku Praktikum. EGC : Jakarta. Hal: 73 - 75
Mubarak, Wahit Iqbal & Nurul Cahayatin. 2007 . Kebutuhan Dasar Manusia Teori & Aplikasi dalam Praktik. EGC : Jakarta. Hal 72 - 76
Poter, Perry. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan. Edisi 4 vol 2.  EGC : Jakarta. Hal 1647-1655

Tidak ada komentar:

Posting Komentar